Cowok Gen-Z Kebanyakan Bertato, Style atau Fomo?



Dalam era gen-z saat ini dimana self-expression semakin dihargai, tren tato di kalangan cowok muda  menjadi sorotan utama. Dari desain yang penuh makna hingga seni tubuh yang berani, tak hanya itu Coolins juga paham terkadang tato bukan hanya simbol pemberontakan, tetapi juga bentuk kreativitas yang mendefinisikan identitas. Namun, dibalik popularitasnya, pertanyaan yang akan saya lontarkan muncul, apakah tren tato ini benar-benar mencerminkan ekspresi diri ataukah hanya sebagai gejala ikut-ikutan yang mengesankan gaya?

Apa itu Tato

Tato adalah seni tubuh di mana pigmen warna dimasukkan ke dalam lapisan kulit dengan menusuk permukaan dengan jarum atau alat lainnya. Proses ini membuat gambar atau desain permanen di kulit. Tato dapat memiliki berbagai makna dan tujuan, termasuk sebagai bentuk ekspresi seni, simbol kepercayaan atau budaya, atau bahkan sebagai tanda kenangan atau penghormatan terhadap seseorang atau sesuatu. Tato juga bisa muncul dalam berbagai gaya dan ukuran, memberikan kebebasan kreatif bagi individu untuk mengekspresikan diri mereka melalui seni pada tubuh mereka.

Tato di kalangan Gen-Z

Tato adalah seni tubuh permanen di mana pigmen diinjeksikan ke dalam lapisan kulit untuk membentuk gambar atau kata-kata. Di Indonesia, terutama pada generasi Z, tren tato meningkat pesat karena beberapa alasan. Namun alasan yang paling sering di utarakan oleh para anak cowok Gen z adalah tato yang dianggap sebagai bentuk ekspresi diri dan identitas.

Dikutip melalui laman web daily49er.com “Tato memang sudah ada sejak lama terbukti awal sejak 5.000 SM dan telah menjadi bagian masyarakat sejak saat itu sampai sekarang. Namun, banyak orang yang mengkritik dan menolak seni ini,yah karena seni ini menjadi lebih umum di generasi sekarang. Gen Z adalah salah satu  generasi yang paling banyak bertinta daripada generasi yang lain. Menurut Departemen Riset Statista , dan 43% Gen Z memiliki setidaknya satu tato, pada tahun 2022. Tato sudah tidak lagi dianggap tabu akhir-akhir ini karena generasi baru yang menormalisasi tato di masyarakat, terutama dengan generasi milenial dan Generasi Z yang meningkatkan jumlah tato selama beberapa tahun terakhir.”Tak hanya itu igor sebagai penulis daily49er.com juga mengucap Seperti di tahun 70 dan 80an , ini lebih seperti penjahat, dulu mungkin hanya anggota geng dan orang penjara yang memiliki tato. namun sekarang dengan media sosial,rapper favorit Anda memiliki tato di wajahnya dan lebih banyak dari wajah Anda , bahkan Polisi juga  punya tato, pemadam kebakaran, perawat, dokter, pengacara dan sebagainya. tato sekarang  ini adalah sesuatu hal biasa untuk semua orang”

Sedangkan menurut saya, tren tato di kalangan anak Gen-z belakangan ini semakin meningkat, di mana banyak dari mereka mencoba untuk tampil beda dan keren dengan menghiasi tubuh mereka dengan berbagai jenis gambar dan kata-kata. Namun, perlu diakui bahwa, pandangan saya melihat, tidak sedikit dari mereka yang sebenarnya terlihat norak dan kurang mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan ini. 

Baca juga:  Maaf Ya Aku Tatoan, This Is Cogil” Tato Polri Satria Mahathir

Gaya, Ekspresi Diri, atau Tanda Norak?

Walaupun tren tato semakin diterima di masyarakat modern, terdapat segmen masyarakat yang tetap tidak menyukai atau bahkan merasa skeptis terhadap fenomena ini. Coolins tahu tren tato mungkin ditujukan sebagai bentuk ekspresi diri, memungkinkan individu untuk menyampaikan identitas, pengalaman, atau nilai-nilai pribadi melalui seni di tubuhnya. Di sisi lain, tato juga dapat memperkuat identitas budaya, menjadi simbol penting dalam mempertahankan warisan dan tradisi suatu kelompok atau suku. Meskipun begitu, ada pula dampak sosial negatif yang dapat muncul. Beberapa orang masih menilai tato dengan stigma negatif atau stereotip, yang dapat mengakibatkan diskriminasi terutama di lingkungan Kerja atau sosial tertentu. Individu dengan tato juga mungkin menghadapi penilaian atau stereotip dari masyarakat yang mungkin tidak memahami makna atau tujuan di balik tato tersebut. Selain itu, ada potensi bahwa seseorang mungkin menyesali keputusan mendapatkan tato di masa depan, terutama ketika desain atau makna yang dipilih sudah tidak relevan atau diinginkan lagi.

Baca juga: Bloke Core Tren Fashion Style Yang Norak! Benarkah?

Saya memahami bahwa tato bisa menjadi bentuk seni dan ekspresi diri yang sah. Namun, saya juga percaya bahwa kesadaran akan makna tato dan pertimbangan yang matang sangat penting sebelum memutuskan untuk menghiasi tubuh kita. Banyak anak muda khususnya Gen-Z yang tampaknya hanya ikut-ikutan tren tanpa memahami arti atau nilai dari tato yang mereka pilih. Seringkali, kita melihat remaja yang menumpuk tato tanpa memikirkan bagaimana tato-tato tersebut akan dilihat oleh orang lain dengan berbagai sudut pandang atau di lingkungan profesional.  Selain itu, FOMO mendorong para cowok Gen Z untuk mencari pengalaman sosial dan koneksi dengan teman-teman mereka. Jika tato menjadi tren di lingkungan sosial mereka, rasa takut terlewatkan dari pengalaman bersama dapat mendorong mereka untuk mengadopsi tren tersebut demi rasa keterlibatan dan penerimaan.

Saran 

Keputusan untuk menato tubuh seharusnya bukanlah keputusan yang dibuat secara gegabah atau sekadar untuk mencari perhatian. Ini adalah tindakan yang dapat mempengaruhi citra diri dan persepsi orang terhadap kita. Saya tidak bermaksud untuk menghakimi pilihan orang lain, namun, saya merasa perlu untuk mengingatkan bahwa kesenangan sesaat dari tren tato mungkin tidak sepadan dengan potensi konsekuensi jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merenung dan mempertimbangkan dampak dari tato sebelum mengambil keputusan tersebut. Pentingnya membuka ruang diskusi tentang fenomena ini untuk memahami lebih baik apa yang mendorong anak muda untuk mentato tubuh mereka. Kita dapat belajar dari pengalaman satu sama lain dan mungkin mengubah pandangan kita tentang tato menjadi sesuatu yang lebih bermakna daripada sekadar ikut-ikutan tren.

Penulis: Defani Yusanto/Mascoolin.

Editor: Defani Yusanto/Mascoolin.