Fenomena Pria Beralih Gender, Penyebab dan Jalan Keluarnya

,


Coolins pasti tidak asing dengan zaman Modern dimana pria berubah gender, perubahan gender bukan lagi hal yang tabu untuk dibicarakan. Fenomena ini semakin banyak ditemukan, termasuk pada pria yang memilih untuk mengubah identitas gender mereka. Meskipun ini adalah keputusan pribadi yang sah, banyak pertanyaan muncul tentang penyebab di balik tren ini dan bagaimana masyarakat dapat menyikapinya dengan bijaksana.

Mengapa Perubahan Gender Terjadi?

Perubahan gender adalah keputusan besar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu alasan utama adalah pencarian identitas diri. Banyak pria yang merasa bahwa identitas gender yang mereka miliki sejak lahir tidak mencerminkan siapa mereka sebenarnya. Ketidaksesuaian ini sering kali disebut sebagai disforia gender, sebuah kondisi di mana seseorang mengalami ketidaknyamanan atau stres akibat perbedaan antara identitas gender mereka dengan jenis kelamin biologis mereka. Faktor sosial juga memainkan peran penting. 

Di era digital ini, akses ke informasi dan komunikasi daring memberikan ruang bagi individu untuk mengeksplorasi identitas mereka. Platform seperti media sosial dan forum online sering menjadi tempat dimana orang merasa didukung untuk menjalani hidup sesuai dengan identitas mereka. Selain itu, perubahan norma masyarakat terhadap gender dan seksualitas telah menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Ketika masyarakat menjadi lebih terbuka terhadap diskusi seputar identitas gender, lebih banyak pria merasa memiliki keberanian untuk mengambil langkah besar ini.

Salah satu pelaku perubahan gender yang kehilangan jati diri sebagai pria. Foto: Diyah Dwinardi Asset Mascoolin.

Dampak Psikologis dan Sosial

Meskipun perubahan gender dapat membawa kelegaan bagi banyak pria yang merasa terjebak dalam identitas mereka sebelumnya, perjalanan ini tidak selalu mudah. Tantangan mental dan sosial sering kali muncul. Banyak yang harus menghadapi stigma, penolakan keluarga, atau bahkan diskriminasi di tempat kerja. Dukungan psikologis menjadi salah satu elemen penting dalam proses ini. Konseling dapat membantu individu mengatasi pemikiran gender serta dampak emosional dari perubahan ini. Selain itu, dukungan dari komunitas atau kelompok pendukung juga sangat membantu untuk menghadapi tekanan sosial.

Peran Media dan Lingkungan

Media memiliki peran besar dalam membentuk pandangan masyarakat tentang perubahan gender. Representasi positif dari individu yang beralih gender di film, acara televisi, atau media sosial dapat membantu mengurangi stigma dan memberikan inspirasi bagi mereka yang sedang berjuang dengan identitas mereka. Dikutip dari Artikel megashift.fisipol.ugm. menuliskan (Risky, 2013). Saya juga mengamati bahwa dalam masyarakat yang mengacu pada sistem patriarki terkadang ditemukan upaya pemaksaan nilai maskulinitas ini kepada laki-laki lainnya. Saya berargumen bahwa praktik toxic masculinity ini tercermin dari upaya pendisiplinan laki-laki untuk mengikuti nilai dan norma maskulinitas. Penolakan struktur pendisiplinan ini menyebabkan laki-laki mengalami keterasingan dalam masyarakat. Abai terhadap struktur pendisiplinan menjadi maskulin dan menjadi laki-laki berimplikasi masyarakat tidak menganggap eksistensi mereka.

Namun, tidak semua representasi media bersifat konstruktif. Dalam beberapa kasus, media cenderung sensasional atau menyebarkan stereotip negatif, yang justru memperburuk stigma. Oleh karena itu, penting bagi media untuk menyajikan cerita dengan perspektif yang menghormati dan mendukung komunitas transgender. Lingkungan sosial juga mempengaruhi keputusan pria untuk mengubah gender. Budaya maskulinitas yang toksik, misalnya, sering kali menekan pria untuk mematuhi standar gender tertentu. Ketika mereka merasa tidak cocok dengan standar ini, sebagian memilih untuk mencari identitas baru yang lebih selaras dengan perasaan mereka.

Baca Juga: Renungan Pria, Putus Cinta Bukanlah Akhir dari Hidup.

Mencari Jalan Keluar sebagai Solusi yang Bijak

Fenomena perubahan gender pada pria adalah realitas yang memerlukan pendekatan yang bijak dan inklusif. Salah satu solusi utama adalah menyediakan edukasi yang lebih luas tentang gender dan seksualitas, baik di sekolah, tempat kerja, maupun komunitas. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat dapat mengurangi stigma dan memberikan dukungan yang dibutuhkan. Dukungan keluarga juga menjadi kunci. Banyak pria yang mengalami disforia gender merasa kesepian atau tidak diterima oleh keluarga mereka. Komunikasi yang terbuka dan empati dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman untuk membahas identitas gender tanpa rasa takut atau malu. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah juga memiliki peran penting dalam menciptakan kebijakan yang mendukung hak-hak individu transgender. Hal ini mencakup akses ke pelayanan kesehatan, perlindungan hukum terhadap diskriminasi, dan program yang mendorong inklusi sosial.

Hidup dalam Harmoni

Fenomena pria yang beralih adalah bagian dari dinamika sosial yang terus berkembang. Ini bukan hanya soal individu yang menemukan identitas sejati mereka, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat menerima dan mendukung keberagaman ini. Alih-alih menghakimi atau menolak, masyarakat dapat berperan sebagai pendukung yang memahami. Dengan menciptakan ruang yang inklusif dan memberikan kesempatan bagi individu untuk hidup dengan jujur, kita dapat membangun lingkungan yang lebih harmonis. Pada akhirnya, pilihan untuk mengubah gender adalah keputusan pribadi yang membutuhkan keberanian besar. Dengan dukungan yang tepat, baik dari keluarga, teman, maupun masyarakat, individu dapat menjalani hidup yang lebih bahagia dan autentik. Dan bagi masyarakat, menerima keberagaman adalah langkah maju menuju dunia yang lebih adil dan penuh kasih.

Penulis: Defani Yusanto/Mascoolin

Editor: Defani Yusanto/Mascoolin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *