Merokok telah menjadi aktivitas yang sangat umum dalam kehidupan masyarakat modern, terutama di kalangan pria. Meskipun rokok awalnya digunakan sebagai alat pelepas stres karena kandungan nikotin di dalamnya, seiring waktu persepsi publik terhadap kebiasaan ini telah berkembang. Salah satu sisi menarik untuk dikaji adalah bagaimana wanita memandang pria yang merokok apakah sebagai simbol ketangguhan atau justru sumber kekhawatiran?
Nikotin, Kenikmatan, dan Ketergantungan
Nikotin adalah zat stimulan yang terkandung dalam tembakau dan bekerja dengan cara mempercepat transmisi pesan antara otak dan tubuh. Ketika seseorang merokok, nikotin dengan cepat masuk ke dalam sistem saraf pusat dan merangsang pelepasan hormon dopamin, hormon yang memberikan rasa senang dan puas. Inilah yang membuat banyak perokok merasa rileks, bahkan ketagihan. Dalam jangka pendek, rokok memang dapat meningkatkan konsentrasi dan mengurangi stres. Beberapa pria mengaku merasa lebih fokus dan produktif setelah merokok. Namun, manfaat ini bersifat sementara. Ketergantungan pada nikotin justru membuat pengguna lebih rentan terhadap gangguan suasana hati, insomnia, hingga kecemasan ketika tidak merokok.
Risiko Kesehatan yang Serius
Dibalik efek “menenangkan”, rokok mengandung lebih dari 250 zat kimia berbahaya. Zat-zat seperti karbon monoksida, tar, dan arsenik bisa memicu berbagai penyakit serius. Beberapa penyakit yang paling umum dikaitkan dengan merokok antara lain kanker paru-paru, bronkitis kronis, stroke, serangan jantung, dan impotensi. Bahaya ini tidak hanya berdampak pada perokok aktif, tetapi juga pada orang-orang di sekitarnya sebagai perokok pasif. Banyak wanita yang menyatakan keprihatinannya terhadap risiko kesehatan jangka panjang ini. Dalam sejumlah survei, sebagian besar perempuan menyatakan lebih memilih pasangan yang tidak merokok karena alasan kesehatan, kebersihan, dan kenyamanan.
Baca Juga: Elvis Presley Sang Legenda Rock and Roll

Stigma dan Maskulinitas
Meski banyak sisi negatif, dalam beberapa lingkungan sosial, pria perokok masih dipandang sebagai sosok yang maskulin dan “tangguh”. Merokok dianggap sebagai simbol kedewasaan atau bahkan gaya hidup. Tak sedikit wanita yang menyebut pria perokok terlihat “keren” atau “berkarakter”, apalagi bila disandingkan dengan imej laki-laki pekerja keras atau seniman yang bebas. Namun, persepsi ini tidak bersifat universal. Dalam banyak kasus, wanita mengaku terganggu dengan bau rokok, gigi yang menguning, serta kebiasaan merokok di tempat umum tanpa mempedulikan kenyamanan orang lain. Selain itu, banyak wanita mempertimbangkan dampak rokok pada masa depan hubungan, seperti kesehatan anak dan kestabilan rumah tangga.
Pilihan Gaya Hidup dan Relasi Sosial
Pandangan wanita terhadap pria perokok juga dipengaruhi oleh latar belakang sosial dan budaya. Di lingkungan perkotaan yang lebih terbuka, merokok mungkin dianggap biasa. Sementara di lingkungan religius atau konservatif, pria perokok bisa mendapat cap negatif. Seorang mahasiswi di Malang yang kami wawancarai mengungkapkan bahwa ia tidak mempermasalahkan pria yang merokok, asalkan tidak merokok di depannya atau di ruang tertutup. Namun, ia juga mengatakan bahwa jika harus memilih pasangan hidup, ia lebih memilih pria yang tidak merokok demi kesehatan jangka panjang.
Kesimpulan Sementara
Meski merokok telah lama menjadi bagian dari identitas pria dalam budaya populer, pandangan wanita terhadap kebiasaan ini ternyata sangat kompleks. Ada yang menganggapnya keren, ada pula yang menilainya sebagai tanda ketidakpedulian terhadap kesehatan dan orang lain. Dampak jangka panjang terhadap tubuh dan lingkungan menjadi faktor penting dalam pembentukan persepsi ini. Melalui tulisan ini, kita bisa melihat bahwa kebiasaan merokok bukan hanya soal gaya hidup pribadi, tetapi juga menyangkut bagaimana seseorang dipandang dalam hubungan sosial, terutama dalam relasi dengan lawan jenis.
Penulis: Defani Yusanto/Mascoolin.
Editor: Defani Yusanto/Mascoolin.
Tinggalkan Balasan